Penyebab bencana banjir bandang di Sibolangit,
Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara masih terus ditelusuri. Namun dari
dugaan awal, bencana yang juga berdampak ke objek Air Terjun Dua Warna itu
diindikasi dikarenakan penebangan illegal (illegal logging).Informasi dihimpun KiniNEWS, Senin (16/05/2016) sore ini, illegal logging itu
Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara masih terus ditelusuri. Namun dari
dugaan awal, bencana yang juga berdampak ke objek Air Terjun Dua Warna itu
diindikasi dikarenakan penebangan illegal (illegal logging).Informasi dihimpun KiniNEWS, Senin (16/05/2016) sore ini, illegal logging itu
menjadi penyebab banjir bandang yang melanda kawasan Sibolangit dan Jalan
Medan-Berastagi pada Minggu (15/05/2016) sore itu.
Hal itu juga dibenarkan Plt Gubsu Tengku Erry Nuradi yang berkunjung ke Posko
Basarnas di Kecamatan Sibolangit. “Kemungkinan awal memang iya (illegal
logging). Petugas gabungan masih menelusuri,” kata Tengku Erry, Senin
(16/05/2016).
Tengku Erry datang ke sana bersama rombongan SKPD Pemerintah Provinsi
Sumut, Bupati Deliserdang Ashari Tambunan, dan Waka Polda Sumut Brigjen Adhi
Pranoto.
Sumut, Bupati Deliserdang Ashari Tambunan, dan Waka Polda Sumut Brigjen Adhi
Pranoto.
Saat ini petugas juga masih terus mencari korban hilang yang belum ditemukan.
“Masih terus dicari. Ada yang belum ditemukan. Sembilan mahasiswa Stikes Flora
juga masih dicari. Kita berdoa saja dan beri waktu kepada tim,” kata Tengku Erry.
Sementara itu Camat Sibolangit Amos Karokaro menjelaskan korban yang berada
di Air Terjun Dua Warna saat banjir bandang terjadi.
“Masih terus dicari. Ada yang belum ditemukan. Sembilan mahasiswa Stikes Flora
juga masih dicari. Kita berdoa saja dan beri waktu kepada tim,” kata Tengku Erry.
Sementara itu Camat Sibolangit Amos Karokaro menjelaskan korban yang berada
di Air Terjun Dua Warna saat banjir bandang terjadi.
“Yang naik (ke Dua Warna) 78 orang, yang kembali 56 orang. 56 itu yang selamat
semua. 78 kurang 56 kan 22. Jadi 22 orang inilah korban. Kemudian, jam 11
(malam), satu orang berhasil diselamatkan, namanya Mordang Harahap. Jadi
korbannya tinggal 21 orang. Dari 21 orang ini, yang mayatnya sudah berhasil
ditemukan banyak. Tapi yang sudah dievakuasi baru dua,” jelas Amos Karokaro.
semua. 78 kurang 56 kan 22. Jadi 22 orang inilah korban. Kemudian, jam 11
(malam), satu orang berhasil diselamatkan, namanya Mordang Harahap. Jadi
korbannya tinggal 21 orang. Dari 21 orang ini, yang mayatnya sudah berhasil
ditemukan banyak. Tapi yang sudah dievakuasi baru dua,” jelas Amos Karokaro.
Sibolangit - Mordang Harahap (18) selamat dari kejadian banjir bandang dan
longsor di wisata air terjun dua warna di Sibolangit, Deliserdang, Sumut. Warga
Tapanuli Selatan ini selamat setelah berpijak batu dan berpegang rumput.
longsor di wisata air terjun dua warna di Sibolangit, Deliserdang, Sumut. Warga
Tapanuli Selatan ini selamat setelah berpijak batu dan berpegang rumput.
Pemuda yang baru saja lulus SMA ini bercerita, mulanya dia bersama rombongan
rekan-rekannya berwisata di lokasi air terjun dua warna, Minggu (15/5).
"Saat itu gerimis. Setelah itu, tak disangka datang air makin besar, air itu berubah
warna menjadi coklat," kata Mordang saat ditemui di Sibolangit, Senin
(16/5/2016).
rekan-rekannya berwisata di lokasi air terjun dua warna, Minggu (15/5).
"Saat itu gerimis. Setelah itu, tak disangka datang air makin besar, air itu berubah
warna menjadi coklat," kata Mordang saat ditemui di Sibolangit, Senin
(16/5/2016).
Mordang sempat bertanya ke pemandu soal kondisi ini. "Katanya nggak apa-apa.
Lalu kami berlindung di tebing yang menghadap air terjun. Jadi saat itu, posisi
saya di samping air terjun yang pendek, ujarnya.
Tak lama kemudian terjadi longsor. Pijakan yang dipijak Mordang runtuh dan
dirinya mencari tebing dengan ketinggian yang dianggapnya aman.
"Saat itu, saya di tebing dengan memegang rumput dan berpijakan sebagian batu
dengan satu kaki. Sempat juga terhempas kayu. Jadi saya bertahan disitu selama
10 jam," terangnya.
Lalu kami berlindung di tebing yang menghadap air terjun. Jadi saat itu, posisi
saya di samping air terjun yang pendek, ujarnya.
Tak lama kemudian terjadi longsor. Pijakan yang dipijak Mordang runtuh dan
dirinya mencari tebing dengan ketinggian yang dianggapnya aman.
"Saat itu, saya di tebing dengan memegang rumput dan berpijakan sebagian batu
dengan satu kaki. Sempat juga terhempas kayu. Jadi saya bertahan disitu selama
10 jam," terangnya.
Akhirnya dia berhasil ditolong setelah sejumlah masyarakat dan pemandu lainnya
datang dan menolongnya pada tengah malam.
"Mereka menolong saya dengan menebang pohon lalu dibuatkan menjadi seperti
tangga. Akhirnya saya selamat. Jadi, saya sempat keram dan dehidrasi. Selama
bertahan itu, saya terus berdoa," tutur Mordang yang mengaku baru kali ini ke air
terjun dua warna.
datang dan menolongnya pada tengah malam.
"Mereka menolong saya dengan menebang pohon lalu dibuatkan menjadi seperti
tangga. Akhirnya saya selamat. Jadi, saya sempat keram dan dehidrasi. Selama
bertahan itu, saya terus berdoa," tutur Mordang yang mengaku baru kali ini ke air
terjun dua warna.
No comments:
Post a Comment